Sabtu, 24 November 2012

PARADIGMA PSIKOLOGI KEPRIBADIAN COGNITIVE DAN BEHAVIORISTIC



                A.      Pengertian Paradigma

Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan terikat oleh ruang dan waktu maka suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentu saja. Friedrichs mengungkapkan bahwa paradigma itu adalah sebagai suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok permasalahan yang semestinya dipelajari. Lebih lanjut Ritzer mengungkapkan bahwa paradigma membantu merumuskan tentang apa yang dipelajari, persoalan-persoalan yang harus dijawab, bagaimana harus menjawabnya, serta aturan-aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam menjawab persoala-persoalan tersebut.
Pengertian paradigm menurut kamus filsafat adalah :
1.       Cara memandang sesuatu
2.       Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan
3.       Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem     riset

B.      Psikologi Kepribadian secara umum
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Berdasarkan buku Psikologi kepribadian teori-teori Psikodinamik, bahwa kepribadian, dalam pemakaiannya yang biasa digunakan oleh kita sehari-hari ada dua bentuk pemakaian istilah kepribadian ini. Pemakaian pertama, menyamakan istilah kepribadian dengan keterampilan atau kecakapan sosial. Kepribadian individu dinilai berdasarkan kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi positif dari berbagai orang dalam berbagai keadaan. Pemakaian yang kedua, memandang kepribadian individu sebagai kesan yang paling menonjol atau paling kentara yang ditunjukan seseorang terhadap orang-orang lain.
                  C.      Kepribadian dalam Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian menurut teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.



                   D.     Teori Psikologi Kepribadian

            Teori kepribadian terbagi menjadi beberapa paradigma, yaitu paradigma psikoanalisis, paradigma              trait, paradigma cognitive, dan paradigma behavioristic. Masing-masing paradigma tersebut mempunyai          teori masing-masing menurut para ahli masing-masing paradigma. 

  •       Paradigma Cognitive

Psikologi cognitive mempelajari tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi. Pendekatan cognitive menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Teori psikologi cognitive berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt (Mex Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan.

Ada 2 hukum wajib dalam teori Gestalt:

- Pragnaz (Kejelasan)

- Closure (Totalitas)

Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam satu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “Insight” untuk pemecahan masalah. Suatu konsep yang penting dalam psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam situasi pemasalahan. Insight juga sering dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “Aha!” atau “Oh, I see now”.

A. Teori Belajar Cognitive-Field dari Lewin

Bertolak pada teori Gestalt, Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan Life Space (dunia psikologis dari kehidupan individu). Masing – masing individu berada di dalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang terdiri dari dua unsure yaitu kepribadian dan psikologi social.

Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan reorganisasi/ restruktur (dari isi jiwa). Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi antar kekuatan baik dari dalam (tujuan, kebutuhan, tekanan batin, dan sebagainya) maupun dari luar (tantangan, permasalahan).

B. Cognitive Development (Jean Piaget )

Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme, pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan :

·         Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)

·         Scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan yang dapat diamati)

Menurut Piaget bahwa perkembangan cognitive individu meliputi empat tingkat yaitu :

(1) Sensory motor;

(2) Pre operational;

(3) Concrete Operational dan

(4) Formal Operational


C. Pembelajaran Menurut JA Brunner (Discovery Learning)

Teori Brunner menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas. Maksud dari Discovery Learning yaitu siswa mengorganisasikan metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

The act of discovery dari Burner:

1. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual
2. Ganjaran intrinsic lebih ditekankan daripada ekstrinsik
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai   metode discovery learning
4. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi

Selain ketiga tokoh tersebut Ausubel juga berpengaruh dalam psikologi cognitive. Dia mengungkapkan teori ekspository teaching, yaitu dapat diorganisasikan atau disajikan secara baik agar dapat menghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula sama dengan discovery learning.

  •       Paradigma Behavioristic

Teori belajar behavioristic adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristic.
A.    Teori Kepribadian Behavioristic Menurut Pandangan John Watson.
            Menurut pandangan Jhon Watson, perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting, jadi perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
            Belajar dalam teori behaviorisme  dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar.  Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya, dan lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.
           
            B.     Teori Kepribadian Behavioristik Menurut Pandangan Skinner
            Tingkah laku merupakan hasil pengaruh timbal balik dari variable-variabel tertentu yang dapat diidentifikasikan, yang sepenuhnya menentukan tingkah laku. Tingkah laku individu seluruhnya merupakan hasil dari dunia objektif.
Asumsi bahwa seluruh tingkah laku berjalan menurut hukum jelas mengandung implikasi tentang kemungkinan mengontrol tingkah laku. Skinner tidak banyak tertarik pada aspek-aspek tingkah laku yang sangat sukar berubah, misalnya aspek-aspek tingkah laku yang terutama dikuasai oleh warisan hereditas. (A.Supratiknya,1993:320)
1..  Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya mengenai peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu. (Alwisol,2005: 400)
2. Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tau bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi Skinner sangat berkeinginan memanipulasinya. (Alwisol,2005:400-401)

REFERENSI :
·         Dakir.1993. Dasar-dasar Psikologi. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
·         Purwanto,Ngalim.1990. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya Bandung